Jumat, 25 Februari 2011

Mengapa bangsa Indonesia kalah kreatif dari negara-negara maju


http://hermawayne.blogspot.com
Sebenarnya ini adalah ringkasan dari buku Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland yang berjudul "Why Asians Are Less Creative Than Westerners"(Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari negara-negara barat), tapi berhubung saya tinggal di Indonesia dan lebih mengenal Indonesia, maka saya mengganti judulnya, karena saya merasa bahwa bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri yang paling mirip seperti yang tertulis dalam buku itu.

1. Bagi kebanyakan orang Indonesia, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki banyak kekayaan.

2. Bagi orang Indonesia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku korupsi pun ditolerir/diterima sebagai sesuatu yang wajar.

3. Bagi orang Indonesia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban", bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT, dll, semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.

4. Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Indonesia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none"(tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Indonesia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Indonesia yang memenangkan Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.

6. Orang Indonesia takut salah dan takut kalah. Akibatnya, sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.

7. Bagi kebanyakan bangsa Indonesia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir, peserta akan mengerumuni guru/narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.


Dalam bukunya, Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sebagai berikut:
1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya, bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren, tapi duitnya dari hasil korupsi

2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.

3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya.

4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan passion (rasa cinta)-nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.

5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. Ayo bertanya!

6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!

7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang tua, kita bertanggungjawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.

daftar nama-nama pahlawan indonesia

Daftar nama-nama pahlawan Indonesia

                             
A
* Jendral Besar Abdul Harris Nasution
* Abdul Kadir
* Abdul Muis
* Marsekal Muda Abdulrachman Saleh
* Kiai Haji Achmad Rifai (gelar dianugerahkan pada tahun 2004)
* Haji Adam Malik
* Mayor Jenderal Adenan Kapau Gani (gelar dianugerahkan pada tahun 2007)
* Marsekal Muda Agustinus Adisucipto
* Sultan Ageng Tirtayasa
* Sultan Agung Hanyokrokusumo
* Haji Agus Salim
* Kiai Haji Ahmad Dahlan
* Jenderal Ahmad Yani
* Mgr. Albertus Sugiyapranata S.J.
* Raja Ali Haji (gelar dianugerahkan pada 5 November tahun 2004)
* Tengku Amir Hamzah
* Andi Abdullah Bau Massepe (gelar dianugerahkan pada tahun 2005)
* Andi Jemma
* Andi Mappanyukki (gelar dianugerahkan pada tahun 2004)
* Haji Andi Sultan Daeng Raja (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Pangeran Antasari
* Arie Frederik Lasut
* Raden Mas Tumenggung Ario Suryo
* Sultan Arung Matoa
* Kiai Haji Abdul Halim (gelar dianugerahkan pada tahun 2008)

B
* Bagindo Azizchan (gelar dianugerahkan pada tahun 2005)
* Jenderal Basuki Rahmat
* Bung Tomo (gelar dianugerahkan pada tahun 2008)

C
* Teungku Cik di Tiro
* Cilik Riwut
* dr. Cipto Mangunkusumo
* Cut Nyak Dhien
* Cut Nyak Meutia

D
* Dewi Sartika
* Pangeran Diponegoro
* Douwes Dekker (Setiabudi)

E
* Elly Uyo (gelar dianugerahkan tahun 2002)

F
* Haji Fakhruddin
* Fatmawati
* Ferdinand Lumbantobing
* Raja Haji Fisabilillah
* Frans Kaisiepo

G
* Gatot Mangkupraja (gelar dianugerahkan pada tahun 2004)
* Jenderal Gatot Subroto

H
* Halim Perdanakusuma
* Sri Sultan Hamengkubuwana I (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Sri Sultan Hamengkubuwana IX
* Kopral Harun Thohir
* Letnan Jenderal Haryono
* Brigadir Jenderal Hasan Basry (gelar dianugerahkan pada tahun 2001)
* Sultan Hasanuddin
* Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyari
* Prof. Dr. Hazairin

I
* Dr. Ide Anak Agung Gde Agung (gelar dianugerahkan pada tahun 2007)
* I Gusti Ketut Jelantik
* Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai
* H. Ilyas Yakoub
* Tuanku Imam Bonjol
* Sultan Iskandar Muda
* Ismail Marzuki (gelar dianugerahkan pada tahun 2004)
* Marsekal Madya Iswahyudi
* Prof. Dr. Iwa Kusumasumantri
* Izaak Huru Doko (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)

J
* Gusti Pangeran Harya Jatikusumo
* Ir. Raden Juanda Kartawijaya

K
* AIP Karel Satsuit Tubun
* Raden Ajeng Kartini
* Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo
* Ki Hajar Dewantara
* Kiras Bangun (gelar dianugerahkan pada tahun 2005)
* Dr. Kusumah Atmaja S.H.

L
* La Madukelleng

M
* Sultan Mahmud Badaruddin II
* Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara VIII
* Maria Walanda Maramis
* Laksamana Laut Martadinata
* Martha Christina Tiahahu
* Marthen Indey
* Kiai Haji Mas Mansur
* Maskoen Soemadiredja (gelar dianugerahkan pada tahun 2004)
* Mayor Jenderal TNI Prof. Dr. Moestopo
* dr. Moewardi
* Mohamad Roem
* Drs. Mohammad Hatta
* Mohammad Husni Thamrin
* Prof. Mohammad Yamin S.H.
* Muhammad Isa Anshary (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Muhammad Natsir (Gelar dianugerahkan pada tahun 2008)
* Muhammad Saleh Werdisastro

N
* Nani Wartabone (gelar dianugerahkan pada tahun 2003)
* Kiayi Haji Noer Alie (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Nuku Muhammad Amiruddin
* Nyai Ahmad Dahlan
* Teuku Nyak Arif
* Nyi Ageng Serang

O
* Haji Oemar Said Tjokroaminoto
* Opu Daeng Risadju (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Oto Iskandar di Nata

P
* Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Sri Susuhunan Pakubuwana VI
* Mayor Jenderal Pandjaitan
* Parada Harahap
* Kapitan Pattimura
* Kapten Pierre Tendean
* Pong Tiku

Q

R
* Radin Inten II
* Hajjah Rangkayo Rasuna Said
* Robert Wolter Monginsidi

S
* Dr. Saharjo S.H.
* G.S.S.J, Dr Sam Ratulangi
* Kiai Haji Samanhudi
* Slamet Riyadi
* Silas Papare
* Sisingamangaraja XII
* Letnan Jenderal Siswondo Parman
* Soekarno
* Jenderal Soedirman
* Kolonel Sugiono
* Sugondo Djojopuspito
* Prof. Dr. Suharso
* Siti Hartinah Suharto
* Sukarjo Wiryopranoto
* Supeno
* Prof. Dr. Soepomo
* Letnan Jenderal Suprapto
* Suprijadi
* Suroso R.P
* Raden Mas Soerjopranoto
* Sutan Syahrir
* dr. Sutomo
* Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
* Sultan Syarif Kasim II
* Syech Yusuf Tajul Khalwati

T
* Tb.A.Basuni
* Tuanku Tambusai
* Tengku Rizal Nurdin (gelar dianugerahkan pada tahun 2005)
* Teuku Muhammad Hasan (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Teuku Umar
* Sultan Thaha Sjaifuddin
* Raden Mas Tirto Adhi Soerjo (gelar dianugerahkan pada tahun 2006)
* Tan Malaka

U
* Untung Suropati
* Letnan Jenderal Urip Sumoharjo
* Usman Janatin

V

W
* Wage Rudolf Supratman
* Wahid Hasyim
* Wahidin Sudirohusodo
* Wilhelmus Zakaria Johannes

X

Y
* Yos Sudarso

Z
* Kiai Haji Zainal Mustafa
* Kiai Haji Zainul Arifin

Sejarah Raden Patah

Raden Patah


Raden Patah adalah putra Brawijaya raja terakhir Majapahit dari seorang selir Cina. Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Cina kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Tapi pada saat itu selir Cina sedang hamil, Setelah melahirkan Raden Patah, putri Cina dinikahi Arya Damar, melahirkan Raden Kusen. Nama asli Raden Patah adalah Jin Bun. Arya Dilah adalah nama lain Arya Damar, ayah angkat Raden Patah sendiri. Nama asli selir Cina adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar Syaikh Bantong.

Raden Patah Mendirikan Demak

Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah menolak menggantikan Arya Damar menjadi bupati Palembang. Ia kabur ke pulau Jawa ditemani Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Raden Kusen kemudian mengabdi ke Majapahit, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren. Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.

Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara. Nama Demak sendiri diambil dari bahasa Jawa yaitu “Demek” yang artinya tanah becek, karena pada saat itu Glagah Wangi dibangun diatas tanah yang becek atau berair.

Perang Demak dan Majapahit

Perang antara Demak dan Majapahit diberitakan dalam naskah Babad Tanah Jawi. Dikisahkan, Sunan Ampel melarang Raden Patah memberontak pada Majapahit karena meskipun berbeda agama, Brawijaya tetaplah ayah Raden Patah. Namun sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit. Brawijaya moksa dalam serangan itu. Untuk menetralisasi pengaruh agama lama, Sunan Giri menduduki takhta Majapahit selama 40 hari. Apakah Raden Patah pernah menyerang Majapahit atau tidak, yang jelas ia adalah raja pertama Kesultanan Demak. Menurut Babad Tanah Jawi, ia bergelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama/ Sultan Syah Alam Akbar/ Sultan Surya Alam. Nama Patah sendiri berasal dari kata al-Fatah, yang artinya "Sang Pembuka", karena ia memang pembuka kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.

Pada tahun 1479 ia meresmikan Masjid Agung Demak sebagi pusat pemerintahan. Ia juga memperkenalkan pemakaian Salokantara sebagai kitab undang-undang kerajaan. Kepada umat beragama lain, sikap Raden Patah sangat toleran. Kuil Sam Po Kong di Semarang tidak dipaksa kembali menjadi masjid, sebagaimana dulu saat didirikan oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.

Raden Patah juga tidak mau memerangi umat Hindu dan Buddha sebagaimana wasiat Sunan Ampel, gurunya. Meskipun naskah babad dan serat memberitakan ia menyerang Majapahit, hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan kekuasaan pulau Jawa, bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah babad dan serat juga memberitakan kalau pihak Majapahit lebih dulu menyerang Giri Kedaton, sekutu Demak di Gresik.
Keturunan Raden Patah

Menurut naskah babad tanah Jawa, Raden Patah memiliki tiga orang istri. Yang pertama adalah putri Sunan Ampel, menjadi permaisuri utama, melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana, yang masing-masing secara berurutan kemudian naik takhta, bergelar Pangeran Sabrang Lor dan Sultan Trenggana. Istri yang kedua seorang putri dari Randu Sanga, melahirkan Raden Kanduruwan. Raden Kanduruwan ini pada pemerintahan Sultan Trenggana berjasa menaklukkan Sumenep. Istri yang ketiga adalah putri bupati Jipang, melahirkan Raden Kikin dan Ratu Mas Nyawa. Ketika Raden Patah meninggal, Raden Kikin dan Raden Trenggana bersaing memperebutkan takhta. Raden Kikin akhirnya mati dibunuh putra sulung Raden Trenggana yang bernama Raden Mukmin alias Sunan Prawata, di tepi sungai. Oleh karena itu, Raden Kikin pun dijuluki Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya bunga yang gugur di sungai.

Kamis, 24 Februari 2011


6 Museum Sejarah Peradaban Manusia di Dunia


Ingin tahu bagaimana perkembangan / sejarah peradaban manusia dari zaman prasejarah ?, tentunya kita harus mendapatkan sumber dan fakta dari terbentuknya sejarah tersebut.
Jika anda memang ingin lebih jauh tentang Peradaban Manusia, jangan khawatir untuk repot mencari informasi dan benda peninggalannya, karena banyak sekali musium-musium tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan sejarahnya. Tetapi tidak semua musium memiliki benda yang memang asli berasal dari jaman atau waktu dari sejarah itu terjadi.
Inilah !, 6 dari 10 Musium Sejarah Peradaban Manusia Di Dunia yang bagus/ baik untuk dikunjungi versi Top 10 List Organization
The Vatican Museums
Didirikan oleh Paus Julius II, Museum Vatikan terdaftar di antara yang terbesar dari semua museum. Jika Anda mengunjungi museum ini, Anda akan dapat melihat beberapa patung terbaik. Tidak hanya itu, tetapi juga, karya seni yang diciptakan selama periode Renaissance juga ditampilkan di sini. 

Le Louvre
Terletak di Paris, Le Grand Louvre Louvre atau dikenal sebagai salah satu museum seni yang paling populer di dunia. Monumen bersejarah ini adalah rumah bagi sekitar 35.000 benda bersejarah, yang mencakup prasejarah tetap artefak dari abad kesembilan belas. 

The British Museum
British Museum, yang awalnya didasarkan pada karya-karya ilmuwan dan dokter, Sir Hans Sloane, sekarang menawarkan memiliki koleksi lebih dari tujuh juta item yang berbeda. Museum yang pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 1959 sekarang menarik orang untuk koleksi yang besar karya budaya manusia dan sejarah manusia.

The Uffizi Gallery
Uffizi, terletak di Florence adalah salah satu yang paling populer dan di antara museum seni tertua di dunia Barat. karya Botticelli, The Birth of Venus adalah daya tarik yang paling populer dari museum ini. Namun, Anda tidak boleh melewatkan karya-karya cemerlang Michelangelo, Da Vinci, Rembrandt, Caravaggio atau Raphael, yang juga ditampilkan di museum ini.

Egyptian Museum
Mesir Museum atau Museum of Antiquities Mesir, yang terletak di Kairo didirikan dengan upaya untuk mencegah penjarahan tempat arkeologi. Ini akan menampilkan beberapa artefak pra-sejarah. Jika Anda mengunjungi museum ini, Anda harus memeriksa artefak dari keluarga kerajaan serta potongan patung Sphinx.

The State Hermitage
Terletak di Saint Petersburg, Rusia, Museum Hermitage atau Negara Pertapaan menampilkan karya sejarah dan beberapa di antaranya adalah tiga ratus tahun.Museum, yang memiliki koleksi sekitar tiga juta item tidak hanya menampilkan karya-karya seni masa lalu, tetapi juga berbagai macam perhiasan kuno.

Sejarah Bung Hatta


Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/c70a5dab83hatta.jpg.jpg
Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta. Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/f2f75beefetianak.jpg.jpg
Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/09912adaf6hatta2.jpg.jpg
Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul “Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen”–Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/6d68276f05onesia.jpg.jpg
Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi. Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama “Indonesia”, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, “Indonesia” secara resmi diakui oleh kongres. Nama “Indonesia” untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/926a0d5c19ta-005.jpg.jpg
Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu. Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi “Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan” di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L ‘Indonesie et son Probleme de I’ Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).
http://www.discoveryoftechnology.50webs.com/gambar/hatta.JPG
Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama “Indonesia Vrij”, dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka. Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra?jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/686d69792ca-muda.jpg.jpg
Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Rakjat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya. Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Rakjat, yang berjudul “Soekarno Ditahan” (10 Agustus 1933), “Tragedi Soekarno” (30 Nopember 1933), dan “Sikap Pemimpin” (10 Desember 1933).
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/4e2d60b74bpidato.jpg.jpg
Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/16c8b3841c277.jpg.jpg
Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/505b4abb7bd129a.jpg.jpg
Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, “Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan” dan “Alam Pikiran Yunani.” (empat jilid).
Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain. Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.
Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.
Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, ?Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali.”
Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa. Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/2a4326bf31ghatta.jpg.jpg
Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh. Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda. Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.
http://batamku.info/wp-content/uploads/2010/08/ec34872ff2hatta.jpg.jpg
Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden. Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).
Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.
Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul ?Lampau dan Datang?. Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul ?Menuju Negara Hukum?.
Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis “Demokrasi Kita” dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu. Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus. Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi’ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.
Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara. Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.